
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) memproyeksikan penyaluran dana insentif biodiesel hingga akhir tahun ini antara Rp6 triliun hingga Rp6,5 triliun, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang mencapai Rp7,47 triliun.Dalam dengar pendapat dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Rabu (5/12/2018), Direktur Penyaluran Dana BPDPKS Edi Wibowo menyampaikan penurunan proyeksi itu terjadi karena harga biodiesel menurun sedangkan harga solar meningkat.Insentif biodiesel dibayarkan oleh BPDPKS kepada Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BU BBN) untuk menutupi selisih kurang antara harga indeks pasar (HIP) solar dengan HIP biodiesel. "Grafiknya menurun mulai September, Oktober, November. Harga solar naik, harga biodiesel turun sehingga selisihnya tidak ada,\'\' ujar Edi.Diungkapkan, hingga 31 Oktober 2018, BPDPKS telah penyaluran dana sawit telah mencapai Rp5,88 triliun dari alokasi tahun ini yang mencapai Rp10,99 triliun. Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp5,32 triliun disalurkan untuk insentif biodiesel. Selain itu, untuk peremajaan sawit sebesar Rp341,31 miliar dari alokasi Rp2,34 triliun; untuk riset disalurkan dana Rp25,67 miliar dari alokasi Rp213,36 miliar; untuk sarana prasarana Rp289,74 juta dari alokasi Rp213,36 miliar.Selanjutnya, untuk promosi dan kemitraan Rp21,1 miliar dari pagu Rp213,36 miliar; kegiatan pendukung berupa surveyor, pengelolaan dana, dan dukungan manajemen sebesar Rp160,27 miliar dari alokasi Rp324 miliar.Insentif biodiesel yang dibayarkan BPDPKS tahun ini rata-rata menurun menjadi Rp2.074 per liter. Tahun lalu rata-rata insentif yang dibayarkan Rp4.075 per liter. Untuk 2019 BPDPKS menargetkan penyaluran dana insentif biodiesel di angka Rp7 triliun. \'\'Dengan alokasi dana yang sama besar, semakin banyak jumlah biodiesel yang bisa diberi insentif menjadi sekitar 6 juta kl pada 2019,\'\' jelas Edi.BPDPKS juga menggelar sejumlah kegiatan pengembangan sumber daya manusia (SDM) di sektor kelapa sawit. Hingga Oktober 2018, dana yang dikucurkan untuk kegiatan ini mencapai Rp15 miliar dari pagu Rp213,6 miliar. Pengembangan SDM dilakukan antara lain dalam bentuk pelatihan dan program bea siswa pendidikan.Materi pelatihan yang diberikan antara lain mengenai peremajaan kebun kelapa sawit yang ramah lingkungan; peningkatan produktivitas sesuai Good Agricultural Practices (GAP) dan kaidah keberlanjutan; serta keberlanjutan usaha (sustainability).Hingga Agustus 2018, BPDPKS tercatat telah menyelenggarkan program pengembangan SDM kepada 4.529 petani, 813 putra putri petani, 1.200 guru SMK, 540 anggota koperasi, dan 720 putra putri petani sawit penerima beasiswa program Diploma 1 dan Diploma 3.Pelatihan digelar di 16 provinsi di Indonesia, melibatkan empat mitra strategis, yakni Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia (GPPI), Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI), Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (Aspekpir), dan 17 pelaksana pelatihan.Program pengembangan SDM juga digelar bagi masyarakat umum serta penyelenggaraan program beasiswa Diploma 1 dan Diploma 3. Hingga Agustus 2018, tercatat 85 kelas pelatihan yang telah digelar BPDPKS dengan total SDM yang dilatih sebanyak 2.553 orang di 20 provinsi. Sedangkan untuk program bea siswa, telah dilaksanaan empat angkatan untuk program Diploma 1, dan dua angkatan untuk program Diploma 3. Total SDM yang mendapat beasiswa Diploma 1 sebanyak 600 orang dan Diploma 3 sebanyak 120 orang.***