
SELALU ada dua alasan bagi negara yang berupaya memboikot produksi minyak sawit Indonesia dan Malaysia. Pertama, mereka beralasan bahwa perkebunan kelapa sawit menjadi pemicu utama kerusakan hutan dan pemanasan global. Kedua, Indonesia melakukan dumping terhadap produk biodiesel berbahan dasar kelapa sawit.Fakta menunjukkan, tuduhan-tuduhan itu tidak pernah terbukti, bahkan sebaliknya justru merugikan mereka sendiri. Akibatnya, sengketa yang diajukan ke Organsasi Perdagangan Dunia (WTO) dengan tuduhan itu kerap dimenangkan oleh Indonesia.\`Kegiatan kami tidak disubsidi. Jika yang dimaksud mereka adalah Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), itu bukan dari pemerintah tapi 100% dari swasta,\` ujar Ketua Harian Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan saat menjelaskan tudingan dumping terhadap biodiesel.Paulus menduga ini adalah upaya untuk mematikan usaha sawit Indonesia. Sebab, jika dibandingkan secara harga, minyak sawit jauh lebih murah dibandingkan minyak nabati lainnya seperti soy oil, rapeseed oil, coconut oil, ataupun peanut oil.Selisih harganya cukup jauh, dibandingkan dengan minyak nabati dari rapeseed buatan Uni Eropa, minyak sawit selalu lebih rendah 100-150 euro per ton. Sedangkan dibanding minyak kedelai, harga minyak sawit lebih rendah USD 70 per ton.Harga minyak sawit yang jauh lebih murah daripada minyak nabati lain ini bukan karena dumping. Sawit unggul karena produktivitasnya yang tinggi. \`Harga sawit selalu sekitar 100-150 euro per ton lebih rendah dari rapeseed. Kalau untuk minyak kedelai, sawit selalu lebih murah sekitar USD 70 per ton,\` jelasnya.Jika dilihat dari efektivitas lahan, sawit membutuhkan lahan lebih sedikit dibanding kedelai dan rapeseed. Produktivitas sawit jauh lebih tinggi, setiap hektare lahan bisa menghasilkan 4 ton per tahun. Sedangkan minyak kedelai hanya 0,5 ton per hektare per tahun, rapeseed 0,8 ton per hektare per tahun.Artinya, sawit sebenarnya lebih ramah lingkungan karena membutuhkan lahan yang lebih sedikit. Saat ini luas lahan sawit di seluruh dunia 20 juta hektare (Ha). \`Yang lainnya seperti rapeseed sekitar 35 juta hektare di dunia. Soy oil lebih banyak lagi, ada sekitar 100 juta hektare,\` ucapnya.Dari sisi harga maupun keberlanjutan lingkungan, sawit dinilai lebih baik daripada kedelai, rapeseed, maupun bahan baku minyak nabati lainnya. \`Jelas kita yang lebih unggul dari semuanya. Termasuk yang paling kecil menggunakan lahan dan paling murah harga jualnya,\` katanya. ***