logo wide
Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI) didukung oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) menggelar kuliah umum mengenai perkembangan biofuel di Indonesia, Rabu (10/4/2019). Pembukaan kuliah umum bertema "Status Terkini Pengembangan Biofuel dari Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit" itu digelar di aula Riset Perkebunan Nusantara (RPN), Bogor, Jawa Barat. Pembukaan disampaikan oleh Guru Besar Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (ITB) Tatang Hernas Soerawidjaja.\`\`Tatang menegaskan Indonesia mempunyai kekayaan alam yang banyak berupa kelapa sawit yang menjadi bahan baku biofuel. Karena itu pengembangan biofuel sebagai energi terbarukan memberikan dampak positif bagi negara. Minyak sawit bisa dikembangkan dan dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, termasuk untuk pemenuhan kebutuhan energi. "Energi bagi masyarakat modern merupakan darah kehidupan dan merupakan oksigen dalam perekonomian," ujar Ketua Umum Ikatan Ahli Bioenergi Indonesia (IKABI) itu. Indonesia saat ini menerapkan kebijakan mandatori biodiesel 20% (B20) dan dalam waktu kadar campuran minyak nabatinya akan ditingkatkan menjadi B30. Biodiesel dibuat dengan proses metanolisis minyak-lemak oleh metanol dan gliserol. Minyak nabati berbasis sawit merupakan bahan mentah untuk BBN terbaik karena kadar asam-asam lemak jenuh dan kadar asam oleat berimbang, kadar asam-asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) minimal. ***\`\`